1-2 syawal 1443 H hari raya idul fitri, Masyarakat Pekon Muarajaya II Memeriahkan pesta sekura.
Kata Sekura berasal dari kata “sakhuka” yang artinya “penutup wajah” dalam bahasa Lampung. Dengan demikian, sekura bisa diartikan sebagai topeng.
Sekura Kamak : Topeng Tidak Bersih
Sekurak Kecah: Topeng Bersih
Kemeriahan tradisi Sekura diselenggarakan oleh masyarakat Pekon Muarajaya II Kecamatan Kebun Tebu Lampung Barat sebagai ajang mempererat persaudaraan dan melestarikan budaya.
Tradisi ini memiliki filosofi budaya yang mencerminkan identitas budaya Lampung setelah bulan ramadhan. Sekura juga menjadi perayaan yang bersifat menghibur.
Salah satu nilai yang paling tampak dari tradisi ini adalah gotong royong dan kekeluargaan. Saling menopang dibahu, saling tolong menolong.
Pesta sekura selalu di selenggarakan panitia muli mekhanai (Gadis - Bujang) sudah menjadi teradisi turun menurun.
Lebih meriah lagi sebelum acara sekura diadakan rangkaian acara malaman buka dibi (malam buka sore/buka bersama) yang dibuka langsung oleh Anggota DPR RI Drs. H.Mukhlis Basri, M.M., di masjid Nurul Falah Sinarjaya-Muarajaya II dihadiri DPR Lampung Barat (Ali Akbar - Tomi Ardi), Camat, Aparat Pekon, Tokoh adat, Muli Mekhanai dan masyarakat setempat, dalam sambutannya "ke inget sewaktu saya kecil dulu nyuwah undom" (bakar batok).
Acara Sekura Dibuka langsung oleh Bupati Lampung Barat H. Parosil Mabsus, S.Pd pada siang harinya.
Kemeriahan semakin tampak saat manusia sekura panjat pinang mulai beraksi mengambil buah pesta/ panjat pinang.
Acara sekura ini ditemui satu tahun sekali, rugi bila tidak menyaksikan. Selasa, 3/2022
dok.AF Yogi, dok. Rosid, dok. Dian Saek